KKN Di Desa Sendiri : Memberdayakan Rumah Sendiri Kenapa Tidak..?
Dunia saat ini memang sedang mengalami masa sulit
akibat pandemic yang berkepanjangan. Dimana wabah virus yang sudah kian
meluas mengakibatkan banyak dampak baik dan juga buruknya sekaligus. Coronavirus
merebak ke segala penjuru, menyebar ke sembarang tempat, dan menular tanpa pandang status dan gelar. Nampaknya
virus ini sangat adil bukan. Semoga lekas membaik.
Ya,
namun kali ini kita tidak akan membahas lebih dalam tentang asal-usul atau karakteristik si virus ini. Dari sekian banyak
akibat dari pandemic ini adalah terganggunya segala macam bentuk pembelajaran
dan Pendidikan. Hampir seluruh negara telah meliburkan aktivitas pendidikannya dan menggantinya dengan belajar jarak jauh atau dari rumah.
Mulai dari tingkat dasar, menengah, perguruan tinggi, sampai kelas privat
sekalipun.
Tentu
ini adalah Langkah besar yang harus dilakukan oleh setiap Lembaga Pendidikan di
dunia untuk memutus rantai penyebaran virus ini. Karena, lingkungan sekolah adalah salah satu yang dapat mengumpulkan banyak orang sekaligus dengan mobilitas yang begitu tinggi dalam satu waktu dan tempat.
Sehingga penyebaran penyakit ini bisa sangat cepat.
Bukan
tanpa kendala dengan adanya kebijakan belajar dari rumah ini (study from
home), Langkah ini telah memberikan dampak yang signifikan bagi pelajar,
khususnya mereka yang sedang menempuh Pendidikan di perguruan tinggi (Mahasiswa).
Dimana mahasiswa memiliki berbagai aktivitas yang membutuhkan tatap muka secara
langsung untuk pembelajaran yang optimal. Baik itu melalui pembelajaran di
kelas, praktikum, bimbingan skripsi, kegiatan organisasi, sampai pada kegiatan Kuliah
Kerja Nyata (KKN).
Kali
ini mungkin cukup unik bagi Mahasiswa 2017 (semester 6) membahas tentang KKN. Dimana
pada tahun ini kebijakan tentang KKN mungkin agak “monohok”. Biasanya KKN
dilakukan secara berjamaah atau bersaama-sama di suatu daerah yang batasannya telah
di tetapkan oleh pihak Universitas. Sedangkan kali ini harus dilakukan di daerah asal masing-masing mahasiswa. wah bisa bikin sejarah buat UNIB (salah satu PTN) dengan sebaran mahsiswa KKN terluas dan jumlah kelompok terbanyak.
Sejak
digagasnya KKN (Dulu PMKM) pada tahun 1971 oleh tiga universitas di Indonesia
sebagai perintis (UNAND, UGM,UNIHAS) sampai sekarang telah memberikan manfaat
yang besar kepada masyarakat sekitar. Peran mahasiswa untuk turun kelapangan
langsung membantu masyarakat dan mencoba mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat
Ketika kuliah telah menjadi bukti pengamalan 2 dari 3 Tri Dharma Peruruan Tinggi yaitu pengabdian dan pembelajaran.
Namun,
di tahun 2020 ini ada yang unik terkait penyelenggaraan KKN ini. Mengantisipasi
wabah yang terjadi, maka di beberapa perguruan tinggi tengah mewacanakan untuk
melaksanakan KKN di daerah asal masing-masing Mahasiwa/i. ini meruakan hal yang benar-benar baru untuk
diterapkan semenjak program ini dijalankan.
Bagaimana
tanggapan Mahasiswa terkait hal ini ? tentu saja sangat beragam (bisa coment di bawah ya), karena hal ini cukup
berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Diantara hal yang membedakannya adalah :
1. 1. Tempat/
lingkungan
Kita tentu akan dihadapkan dengan
lingkungan yang tak lagi asing bagi kehidupan kita dari masa kecil hingga sekarang, tentu
akan timbul rasa canggung atau bahkan bisa saja menggarap semua kegiatan dengan
tidak serius. “Yah biasa aja lah, desa
sendiri juga”. Selain itu juga kita akan dihadapkan dengan tanggapan atau
komentar dari warga sekitar. Bisa berupa pujian/bantuan atau bahkan remeh an. Disini mungkin proses adaptasi tidak sesulit seperti jika masuk ke daerah lain, namun perlu pemahaman khusus yang membedakan antara bergaul dengan teman sendiri dan bagaimana menempatkan diri sebagai Mahasiswa yang sedang menjalankan tugas.
2. Teman
Kegiatan KKN yang dilaksanakan di daerah masing-masing, maka bukan tidak mungkin ada
mahasiwa yang akan menjalankan programnya sendirian. Nah ini baru serem. Gimana
coba ngurus daerah sigitu luasnya, di daerah admin saja satu desa itu
mencakup 5 RK/ 10 Dusun. Jangan dibayangin deh betapa repot dan kesepainnya kamu. Jika di desa rantau kita bisa mendapatkan relasi, teman, dan pengelaman baru, namun kali ini tentu akan ya seperti tidak asing lagi berhadapan dengan mereka. Namun sekali lagi ini bisa dijadikan sebagai ajang untuk semakin mengenal lebih dalam lagi tentang daerah kita dan tentu saja pengalaman menghandle sebuah program sendirian.
Bukan tidak mungkin bagi kita untuk meminta bantuan teman lain (teman masa kecil) yang satu desa untuk bisa membantu segala bentuk kegiatan. Atau bahkan bisa bekerja sama dengan teman lain yang juga KKN dari Universitas berbeda di Desa yang sama.
Bukan tidak mungkin bagi kita untuk meminta bantuan teman lain (teman masa kecil) yang satu desa untuk bisa membantu segala bentuk kegiatan. Atau bahkan bisa bekerja sama dengan teman lain yang juga KKN dari Universitas berbeda di Desa yang sama.
3. Program
Ditengah
pandemic seperti saat sekarang ini, tentu semua program harus bisa menyesuaikan
keadaan supaya tidak membuat kerumunan
orang. Padahal, biasanya kebanyakan program KKN itu berkaitan dengan
pengumpulan masa seperti penyuluhan, belajar Bersama, pelatihan, dan kegiatan lainnya. Hal ini tentu akan
menghambat atau bahkan menyulitkan untuk membuat program yang menarik untuk diberikan
kepada masyarakat. Padahal penyuluhan dan belajar adalah salah satu senjata utama program
KKN. Namun bukan luka tanpa ada perban, tiada badai kan pasti berhenti, masih
banyak program lain yang tentu bisa dijadikan alternative sesuai kondisi dan
situasi sekarang ini. Seperti kegiatan bersih-bersih, pembuatan cairan pembersih, atau bahkan untuk menggalang dana bantuan untuk disalurkan kepada yang membutuhkan saat ini. Maka dari itu, yuk disiapkan mulai dari sekarang.
4. Biaya
Berkaitan
dengan hal yang satu ini tentu sangat sensitive bagi Mahasiswa khususnya. Betapa
tidak, untuk makan saja saat ini tentu cukup kerepotan, ditambah lagi ada Sebagian
pekerjaan orang tua yang saat ini bisa dikatakan tidak berjalan.
Ditambah lagi bagi yang daerahnya jauh, sehingga perlu biaya ekstra untuk
Pulang Pergi. Sungguh sesuatu yang sulit dan rumit bukan. Namun demikian
bukanlah manusia jika tanpa ujian dan cobaan yang disampingnya pasti akan ada
solusi dan penyelesaian. Bisa saja malah justru kebalikannya,karena dirumah sendiri
lebih sedikit biaya untuk angkut barang, makan, kendaraan, dll. Atau bahkan
bisa dapat subsidi dari Univ (ngarep)
Tetap
saja semua memberikan kabar baik buruk tergantung siapa yang menjaankannya dan
bagaimana cara menyikapinya.
5. Waktu
Dengan kita sendiri yang menghandle program tentu akan banyak
mencurahkan tenaga dan fikiran (jika ada program hehehe). Jika kita terlena karena menganggap itu
daerah sendiri, sehingga bersantai-satai , maka bisa saja kegiatan tak jalan dan program pun tak selesai. Semua tentu harus tersusun dengan rapi hingga dapat terlaksana dengan teratur. Mungkin
saja waktu untuk pelaksanaan KKN akan dipersingkat untuk meminimalisir potensi stress
mahasiswa hahah.. (untuk UNIB 5 Minggu ya). Dengan menjalankan program sendirian, tentu itu akan menjadi waktu yang lama.
6. Komunikasi
Berada
di daerah sendiri tentu akan lebih mudah untuk berkomunikasi dengan masyarakat
sekitar. Apalagi jika ada saudara yang menjabat disana hehe. Namun disini perlu diperhatikan lagi
terkait jalannya program KKN nantinya. Memang ini membutuhkan keseriusan dan
kejujuran untuk bisa melaksanakannya. Terkadang orang di desa akan meremehkan
kita yang baru menjadi mahasiswa. “Eh anak siapa itu bawa kegiatan kaya gini, gak yakin ini bisa berjalan” komentar
seperti itu tentu bisa saja muncul dan harus diwaspadai. Berbeda jika kita berada di daerah lain,
tentu orang disana akan segan setidaknya untuk menghargai tamu. Sehingga keberadaan
kita disana seperti mendapatkan pengakuan
Buruknya
adalah Ketika orang itu tidak pandai berkomunikasi atau terbiasa hanya study oriented (tentu ada yang tidak) maka akan merasa kesulitan untuk menyampaikan maksud
dan tujuan . Dengan komunikasi yang baik (apalagi ada orang dalam), maka tentu saja kebutuhan dan kepintingan akan dapat terpenuhi dengan baik.
Ditambah
lagi ni terkhususnya mahasiswa yang memiliki banyak prodi di satu Fakultas. Maka
bersiaplah menjawab jika ada yang menanyakan sesuatu yang sifatnya umum dalam Fakultas stersebut. Misal mahasiswa prodi Agribisnis Ketika ditanya tentang penyakit
tanaman, maka hal itu bisa saja membingungkan karena memang bukan basic nya. Namun
pertanyaan seperti itu harus bisa teman-teman antisipasi. Setidaknya dapat
meyakinkan mereka tentunya dengan tidak
mengada-ada (berbohong). Maka bekalilah diri anda dengan pengetahuan umum
lainnya yang sekiranya berkaitan dengan permasalahan daerah teman-teman.
Dari penjelasan di atas tentu kita
menjadi sedikit tahu tentang apa dan bagaimana yang akan dihadapi nantinya.
Sampai
saya pada kesimpulan bahwa, sebenarnya saat ini dari sisi mana teman-taman memandang
permasalahan ini?. Kita mengenal bahwa selama ini KKN ditujukan untuk
memberdayakan masyarakat suatu daerah yang umumnya bukan daerah kita. Tentu ada
saja sisi positifnya, namun kali ini
saya ingin mengajak teman-teman untuk berfikir Kembali. Untuk apa kita
menggapai Pendidikan tinggi? Apakah untuk diri sendiri, keluarga, atau teman? Itu
tentu saja hal yang dibenarkan. Namun, bukankah itu suatu cita-cita yang kecil?,
iyakah itu suatu yang sempit?
Jika
orang berfikir menjemput ilmu untuk diri sendiri, sungguh pun Pak Habibie tidak
melakukan itu. Ia yang memilih Kembali ke negara asal untuk membangunnya.
Jadi,
Ketika teman-teman bersemangat untuk memberdayakan daerah lain, mengapa tidak
demikian dengan daerah sendiri. Yang teman-teman sudah tentu tau permaslahan
yang ada disana dan tentu teman-teman dapat mecoba memberi solusi sesuia bidang
masing-masing. Ini adalah suatu hal yang sangat bermanfaat. Sebisa mungkin sebelum daerah lain mendapatkan perhatian kita, tentu terlebih dahulu daerah kita sendiri harus sudah dipastikan apakan masih membutuhkan atau tidak.
Jangan
karena telah menjadi mahasiswa lantas tidak mau untuk melakukan suatu hal kecil
demi kemajuan daerah sendiri, itu adalah suatu bentuk kesombongan.
Mari
dengan adanya kebijakan ini dapat kita dukung dan manfaatkan untuk
mengembangkan dan membantu daerah kita. Di dusun tentu membutuhkan gagasan dan pemikiran dari orang-orang yang telah belajar lebih untuk dapat berkontribusi kepada mereka. Kapan lagi saatnya mengabdi ke
daerah sendiri yang didukung langsung dari Universitas. Kita bisa “menjual” nama
Universitas kita untuk meyakinkan masyarakat dan secara tidak langsung/
langsung akan meyakinkan orang tua dan anak-anak untuk
melanjutkan ke Pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Hingga
akhirnya, bayangkan saja teman-teman sedang membangun rumah sendiri. Bagaimana sikap
kita? Tentu akan penuh dengan totalitas, semangat, dedikasi,dan perjuangan yang
tinggi bukan. Semua tentu akan dilakukan demi kesempurnaan milik kita. Ketika semua dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan versi terbaik yang bisa maka hasilnya kemungkinan kecil mengecewakan. keberhasilan adalah ketika perjuangan dan momentum saling bertemu. Buatlah perjuangan itu dan temukan momentumnya.
“KALO BUKAN KITA SIAPA LAGI, KALO BUKAN SEKARANG
KAPAN LAGI”
#SUKSESKANKKNDIDESASENDIRI.
Komentar
Posting Komentar