Jangan biasakan menggunakan Bahasa Indonesia pada anak | kekeliruan orang tua muda saat ini


         Membaca judulnya, wah pasti penulisnya akan dicap sebagai pembangkang atau melawan negara. Eits Tapi simak penjelasan di bawah sampai habis ya. Supaya Tidak Gagal Faham     

        Bahasa persatuan Indonesia adalah Bahasa Indonesia, demikianlah inti dari salah satu isi sumpah pemuda pada 28 oktober 1928 silam. Bahasa Indonesia sudah menjadi Bahasa persatuan dan Bahasa nasional yang wajib digunakan disemua Lembaga dan instansi pemerintahan.   

            
           Bahasa Indonesia sendiri menjadi Bahasa ke-9 sebagai Bahasa dengan penutur terbanyak (www.liputan6.com). Hal  ini dirasa wajar dengan jumlah penduduk Indonesia sendiri yang menduduki posisi ke-4 terbesar di dunia.

            
          Menjadi kekhawatiran kita Bersama adalah nasib dari Bahasa daerah kita. Menurut data Kemendikbud tahun 2018, terdapat lebih dari 652 bahasa daerah yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Dari sekian banyak Bahasa di Indonesia, Bahasa daerah yang terancam punah adalah 10 bahasa dari Maluku Tengah, yakni bahasa Hoti, Hukumina, Hulung, Serua, Te'un, Palumata, Loun, Moksela, Naka'ela, dan Nila. Dua bahasa   dari Maluku Utara, yakni Ternateno dan Ibu. Dua Bahasa lagi dari tanah Papua, yakni  Bahasa Saponi dan Mapia.

            
              Saat ini, Indonesia menempati posisi ke dua sebagai negara dengan jumlah Bahasa daerah terbanyak di dunia. Tentu itu menjadi sebuah kebangggan,dengan keberagaman dan dan kekayaan Bahasa. Namun jumlah yang banyak itu tidak diimbangi dengan penjagaan yang baik. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa terdapat banyak Bahasa daerah yang terancam punah bahkan ada yang sudah punah. Sungguh sangat rugi bukan, jika kekayaan budaya itu harus sirna satu per satu.

            
            Masifnya penggunaan Bahasa Indonesia telah mendorong masyarakat untuk menggunakannya dalam setiap aktivitas mereka. Baik pada saat bekerja, belajar, sampai saat sedang berada di rumah. Hingga tak jarang percakapan dengan orang tua atau teman yang dahulu menggunakan Bahasa daerah, kini beralih ke Bahasa Indonesia. Sikap orang tua saat ini juga kurang mendukung kelestarian Bahasa ibu anak-anaknya. Mereka cenderung menggunakan Bahasa Indonesia dimulai sejak saat anak mereka masih balita. Hasilnya anak itu tentu akan fasih berbahasa Indonesia, namun tidak dengan Bahasa daerah mereka. Jika demikian bukan tidak mungkin Bahasa ibu mereka akan tersisihkan.

            
          Ada sebuah kebanggaan yang kurang pas ditengah masyarakat, dimana mereka malu untuk menggunakan Bahasa daerah terutama anak muda yang sudah pergi lama keluar daerah.

jika kita lebih jeli, maka kita akan menyadari bahwa Bahasa Indonesia dengan sendirinya akan didapatkan anak-anak saat mereka memasuki sekolah, dunia kerja, atau kehidupan formal lainnya. Bukan saya menganggap Bahasa Indonesia itu tidak penting, namun itu akan ada saat pastinya mereka akan mendapatkan pelajaran tentang itu. Yang diutamakan bagi anak-anak adalah untuk bisa menguasai Bahasa ibu mereka yaitu Bahasa daerah yang tidak diajarkan di sekolah mereka.



         Sebagai contoh, dahulu orang jawa tentu mengenal huruf "ho no co ro ko", namun saat ini jika mereka ditanya tentang itu, maka mereka akan menjawab “lho kok mirip huruf negara Thailand ya” atau “huruf apa ini”. Meskipun huruf itu bukan asli Indonesia, namun terdapat ciri khas yang melekat pada sejarah Negara ini. Mirisnya  kini mulai semakin mengecil jumlah penuturnya.

            
         Hal yang demikian tentu dimulai dari kebiasaan orang tua muda yang lebih memilih Bahasa indonesi ketimbang Bahasa daerah mereka untuk melatih anaknya berbicara. Bahasa daerah sendiri memiliki nilai filosofis dan sosiologis di dalamnya. 

           Jika terus dirunut, saat ini  banyak orang Indonesia yang belajar atau berkunjung keluar negeri. Tentunya mereka menggunakan Bahasa asing untuk pergi kesan. Bukan tidak mungkin mereka pun akan sungkan dan canggung bahkan cenderung malu  menggunakan Bahasa daerah apalagi Indonesia.
Bukan menyalahkan mereka yang getol belajar Bahasa asing, itu baik untuk menambah wawasan kita. namun menjadi keliru jika mereka lebih banyak menggunakan Bahasa asing ketimbang Bahasa sendiri. Bahkan menjadi Frontal ketika mereka berkeinginan untuk tinggal di luar negeri saja ketimbang di Indonesia. Bahayanya sampai ingin pindah kewarganegaraan.

Bahasa daerah adalah asset yang sangat berharga. Menjaga kelestarian budaya untuk bisa wariskan pada generasi berikutnya.  



Jangan malu untuk memakai bahasa daerahmu sendiri. Itulah dirimu dan ciri khasmu, yang membuatmu memiliki identitas dan kebanggaan akan budaya sendiri. Tetapi tetap bahasa persatuan kita adalah bahasa Indonesia. 

      Bagi orang tua, mulailah untuk mengajarkan anak-anak berbicara dengan Bahasa daerah. sehingga mereka punya landasan budaya yang kuat dan kebanggan tersendiri terhadap Bahasa daerah mereka sebelum  Bahasa lainnya. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KKN Di Desa Sendiri : Memberdayakan Rumah Sendiri Kenapa Tidak..?

mata kuliah Kewirausahaan UNI*

Ngaret, "Bad Habbit" yang jadi budaya