Bystander Effect : Menantang Kepedulian Sosial Tanpa Memandang Status




Bytstander Effect:

           Apkah rekan-rekan menegrti atau pernah mendengar istilah ini sebelumnya? ya bystander effect Adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan ketika seseorang tidak mendapat perhatian dalam sebuah kelompok atas suatu kejadian, padahal semua orang mengetahuinya, namun tiada yang peduli. Hal ini biasanya diakibatkan oleh semakin banyaknya orang yang berada dalam group atau kelompok itu. sehingga, satu sama lain merasa tidak memiliki rasa tanggang jawab, dan merasa itu bukanlah kewajibannya. saling melempar tugas menganggap orang lainlah yang seharusnya memberikan tindakan atau tanggapan terhadap suatu masalah. Ketidakpedulian ini Bahkan terjadi hanya untuk memberikan informasi yang sepele sekalipun. 


            Seperti misalnya dalam sebuah WAG (WA Group) ada seorang teman yang menannya kan siapa yang punya baju kaos putih yang bisa ia pinjam untuk seuatu kegiatan. Namun setelah sekian lama menunggu balasan, tak ada satupun yang merespon. padahal hampir semua anggota group membacanya. Hal ini tentu menimbulkan dua pertanyaan besar. Yang pertama apakah dengan tidak di responnya pertannyaan itu petanda bahwa tidak ada yang memiliki, atau apakah memang ada yang memiliki namun karena mengira ada kawan lain yang memiliki sehingga ia tidak menawarkannya. Menganggap teman yang lain pasti bisa memberikan pinjaman. Atau karena pesan itu sudah terlalu lama tidak dibalas dan ada salah seorang yang baru membacanya  ternyata ia memilki barang itu, akantetapi ia ragu untuk membalas. Ia berfikir ah pesan itu sudah lama mungkin ada yang sudah memberikan pinjaman.


            Apapun bentuk alasannya itu, permasalahannya disini adalah hanya  dua yaitu saling lempar tanggung jawab dan ketidakpedulian terhadap kebutuhan orang lain. Entah karena orang itu kurang tenar atau kurang berpengaruh di lingkungan mereka, ataupun ada orang yang merasa pertannyaan itu tidak seharusnya diungkapkan dalam kelompok itu. Tidak berguna, tidak panttas, atau itu terlalu sepele sehingga menganggap orang itu kurang berfikir. Bisa jadi hal itu sebelumnya sudah dibahas, namun orang itu menannyakan kembali sehingga timbul rasa cuek, enggan untuk berkomentar.


            Hal ini tentu wajar terjadi dalam sebuah kelompok. hal yang kemudian menjadi masalah adalah ketika seseorang tidak bisa menempatkan mana saat bercandan dan mana saat serius. Dalam senuah kelompok dengan jumlah anggota yang banyak, tentu saja memiliki kepribadian, pemikiran, dan pemahaman yang berbeda-beda. Shingga sering terjadi miskomunikasi antar anggota yang menjadi pemicu konflik.


            Demikianlah efek dari beralihnya dunia nyata ke dunia maya. Semua yang terjadi di dunia nyata tidak serta merta dapat dialihkan ke dunia maya. Seperti halnya berkomunikasi tatap muka yang berganti menjadi diskusi online. Tentu saja banyak permasalahan yang timbul, karena seringkali kata-kata tidak bisa mewakili eksprsi dan maksud dari apa yang seberanya ingin disampaikan. Terbaca kata-katanya kaku, dan sedikit nyeleneh, tentu akan menimbulkan multi tafsir terhadap kalimat itu. Terkadang jawabannya tidak nyambung atau justru mendapat respon yang sinis padahal ingin bercanda. Mendapat tanggapan bercanda padahal dalam situasi serius. Bahkan bagian akhir kalimat yang disertai emotikon dengan yag tidak disertai emotikaon bisa menimbulkan pemahaman yang berbeda.  


            Betapa kompleks permasalahn yang terjadi. Gaya bahasa dan pemilihan diksi seseorang tidak sepenuhnya sama bahkan berbeda sama sekali. Maka dari itu penting untuk tidak bergantung sepenuhnya kepada dunia digital. Kita masih sangat memerlukan dunia nyata dalam berdiskusi dan berinteraksi. Sehingga maksud dan tujuan yang ingin disampaikan dapat diterima sepenuhnya.


            Dalam kasus lain yang lebih nyata tentu masih banyak kasus serupa yang menjadikan seseorang tidak mendapatkan tempatnya dalam kelompok itu. Dalam sebuah kelompok yang jumlahnya banyak atau  semakin bertambah, rasatanggung jawab informasi dan beban moral terhadap anggota lain semakin berkurang. Tak heran jika hal ini akan terus berulang.Karena sebelumnya ia tidak diacuhkan di kelompok itu, maka ia hanya menjadi pengamat kelompok saja. Ia akan diam terhadap berbagai permasalahan yang ada, ia tahu tapi tak menjawab,ia tahu tapi tak berkabar, hingga hanya sekiranya penting saja maka ia mulai aktif hanya untuk seperlunya saja.


            Seperti layaknya hidup di perkotaan, interaksi antara satu orang dan orang yang lainnya sangat minim terjadi kecuali hanya benar-benar membutuhkan seperti ketika ada orang meninggal, kebakaran, pencurian, yang semuanya itu dilakukan bahkan tanpa saling mengenal. Kehidupan yang semakin komleks membuat orang semakin individualis, tak perduli terhadap apa  yang dilakukan oleh orang lain, tak acuh dengan apa yang terjadi pada orang lain, sampai bahkan tak menganggapnya ada.


            Pada akhirnya terdapat banyak nilai kehidupan yang hilang disaat semua teralihkan kedalam dunia digital. Modernisasi dapat memberikan dampak positif dan negatifnya,tergantung bagaimana sang penerima menyikapi segala pembaharuan itu.


            Satu kata atas jawabanmu itu sudah cukup untuk membuat orang lain merasa dihargai ketika mereka membutuhkan atau menannyakan sesuatu. Disaat seperti ini "diam bukan lagi emas".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KKN Di Desa Sendiri : Memberdayakan Rumah Sendiri Kenapa Tidak..?

mata kuliah Kewirausahaan UNI*

Ngaret, "Bad Habbit" yang jadi budaya