Selebrasi Kelulusan

   


 

    Pada saat saya menulis ini, sedang ramainya pesta kelulusan tingkat SMA. Setelah sekitar 6 tahun saya lulus SMA, rasanya ada hal yang sama sekali tidak berubah. Hal itu adalah Coret-coret baju dengan pilox dan spidol. Tentu saja noda itu akan permanen dan sangat  susah dibersihkan (Jika tidak bisa dikatakan mustahil). Perayaan semacam itu adalah hal yang saya sesali dari dulu. Tingkah yang saya lakukan karena kurang mengenal lingkungan sosial dan kemanusiaan. 

    Saya masih ingat ketika tak lama berselang setelah saya merayakan kelulusan dengan coret-coret baju, ada sebuah postingan di media sosial dimana serombongan anak SMA mendonasikan pakaian mereka untuk yang mau masuk SMA. Ada pula yang beramai-ramai membagikan makanan di persimpangan lampu merah. seketika itulah saya merasa terkejut, mengapa saya tidak terfikirkan akan hal  semacam itu. sebuah perayaan yang sangat positif. Kami pula tak ada arahan dari para guru, seakan mereka mempersilakan muridnya untuk terus bertindak bodoh dengan mencoret-coret baju mereka. Padahal seragam itu mungkin saja dibelikan oleh orang tua mereka dengan susah payah. 

    Jauh daripada itu sebenarnya banyak hal semisal yang diakukan bahkan diatas tingkat SMA. Seperti pemberian karangan bunga pada banyak acara wisuda dan penganugrahan jabatan atau gelar di lingkungan kampus. Dimana hal semacam itu saya nilai sangat percuma, karena sangat membuang-buang dana bahkan mereka yang diberikan pun saya ragu membaca semua itu. Kelulusan, Wisuda, Kenaikan jabatan, penganugrahan gelar seharusnya tak perlu perayaan yang berlebihan. Karena hal semacam itu adalah pencapaian, dan buka merupakan sebuah kontribusi nyata pada lingkungan dan dunia. 

    Kembali lagi pada fenomena perayaan kelulusan tingkat SMA, bahwa saya berharap kepada pemerintah baik pusat, daerah, atau bahkan seminimalnya di tingkat sekolah untuk membuat sebuah aturan yang melarang siswa/i untuk melakukan perayaan coret-coret baju. Meskipun baju itu milik pribadi mereka, sebaiknya baju itu dikumpulkan untuk didonasikan kepada adik  tingkat mereka yang membutuhkan ketika akan memasuki sekolah tersebut. atau bisa dengan penyerahan secara pribadi kepada saudara mereka secara langsung. Hal semacam itu saya rasa akan memberikan efek yang sangat luar biasa terhadap budaya perayaan kelulusan sekolah secara lebih positif.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KKN Di Desa Sendiri : Memberdayakan Rumah Sendiri Kenapa Tidak..?

mata kuliah Kewirausahaan UNI*

Ngaret, "Bad Habbit" yang jadi budaya